Senin, 16 September 2013

STIS dan STAN


Sepertinya menjelang ujian masuk PTK, ada topik yang cukup panas di internet sekarang yaitu pilih mana STIS atau STAN…
Kalau di blog-blog lain menggaris-bawahi bahwa mereka subjektif, maka saya akan menulis se OBJEKTIF mungkin yang saya bisa sebagai mahasiswa STIS dengan segala keterbatasan pengetahuan yang saya punya.
Pilih mana yang lebih baik STIS atau STAN ?
Tidak ada. Keduanya sama. Sama-sama PTK (Perguruan Tinggi Kedinasan). Yang membedakan adalah lembaga yang menauginya. STIS dibawah BPS (Badan Pusat Statistik) dan STAN dibawah Kementrian Keuangan. Dan tentu saja apa yang didalami di kedua PTK berbeda sesuai apa yang diinginkan lembaga yang menaunginya.

STAN

  1. Kuliah 3 tahun. Kalau lulus jadi pegawai negeri golongan 2C.
  2. Kalau sudah kerja,  relatif gaji dan tunjangan lulusan STAN lebih besar dari lulusan STIS. Yang bikin besar itu remunerasinya.
  3. Tidak ada ikatan dinas. Memang tidak ada ikatan dinas lagi, tapi negara tidak mungkin menelantarkan mahasiswa STAN yang sudah dibiayai bertahun-tahun.
  4. Biaya pendaftaran dan daftar ulang sekitar Rp850.000.
  5. Tidak ada uang saku, kecuali kalau sudah tingkat 3. Uang sakunya gak material cuma Rp40ribu setiap bulan, hanya bagi tingkat 3.
  6. Kuliahnya di pinggiran Jakarta.

STIS

  1. Kuliah 4 tahun. Lulus langsung jadi pegawai negeri 3A.
  2. Gaji dan tunjangan lumayan lah karena memang belum ada remunerasi. Dalam 1-3 tahun kedepan remunerasi akan ada di BPS. Jadi kalau jadi mahasiswa baru sekarang, gaji+tunjangan ketika lulus g akan kalah dari STAN.
  3. Ada ikatan dinas waktu kuliah. Jadi masa depan udah jelas.
  4. Saat daftar ulang dikenai biaya sekitar Rp 2.500.000. Sama dengan uang saku 3 bulan.
  5. Uang saku tiap bulan lumayan besar, sekitar Rp 850.000 per bulan semua tingkat. Dan rumornya akan dinaikkan menjadi Rp 1,2 juta.(Inget ya..cuma RUMOR, kedepannya siapa tau..)
  6. Kalau tempat kuliah di kota. Kalau ada yang berpikir hidup di kota metropolitan Jakarta itu mahal, sepertinya kurang cocok disini. Lingkungan di sekitar STIS bukan daerah elit, tapi bukan daerah kumuh juga. Masyarakat kebanyakan berpendapatan menengah kebawah. Mungkin pendapatan mahasiswa kadang2 lebih tinggi dari tetangganya..hehe
  7. Mahasiswa STIS sangat dekat dengan BPS, ada beberapa proyek BPS yang diserahkan kepada mahasiswa. Saking dekatnya sama BPS, SENSUS 2010 kemaren mahasiswa juga ikut ke lapangan. Dan tentu saja, setiap keluar keringat ada harganya. Kira-kira seharga leptop (harga leptop bervariasi kan..tebak-tebak aja..yang  jelas harga leptop lebih dari 2 juta kan? hehe)
Tapi di luar itu semua, yang terpenting adalah apa yang lebih diminati. Kalau kalian maniak Ekonomi, masuk STAN, kalau maniak Matematika, masuk STIS. Nggak minat kedua-duanya? Minatnya IT, masuk STIS. Loh kok?
Iya, STIS punya jurusan Komputasi Statistik. Di tahun pertama akan difokuskan pada dasar-dasar Statistik. Tahun-tahun selanjutnya akan dijuruskan ke komputasi atau statistik. Nah yang serunya, di jurusan statistik juga akan dipecah lagi di tingkat 3 untuk dijuruskan ke Statistik Ekonomi atau Statistik Kependudukan. Ini murni adalah peminatan. Tapi yang perlu di inget, Almamater STIS itu ada lambang sigma. So, dah pasti akan mengarah ke matematik juga. Jangan sampe masuk STIS tapi mual ngetiat angka-angka.
Yang penting lagi, STIS hanya menerima jurusan IPA. Jadi kalau jurusan IPS atau SMK nggak bakal bisa masuk. Disitulah unggulnya STAN dari STIS. Karena itu juga peminat STAN jauh lebih banyak dari STIS karena STAN menerima semua jurusan. Tapi menurut saya, kelemahan itu justru menjadi kelebihan tersendiri. Peluang untuk masuk jadi SEDIKIT lebih besar.
Kalau ada yang bilang semakin banyak peminat semakin bagus, kayaknya kurang relevan karena banyak peminat kan diukur dari berapa banyak yang mengikuti ujian masuk. Sedangkan di STIS sebelum ujian masuk, sudah ada seleksi lebih dahulu. So, berapa yang mengikuti ujian masuk belum tentu mencerminkan semakin bagus kan?
Sepertinya kurang objektif ya.
Baiklah, sekarang kita lihat STAN. STAN memiliki jurusan yang sudah ditentukan ketika mengikuti ujian masuk. Dengan begitu mahasiswa pasti sudah membayangkan akan bekerja seperti apa, apa saja yang akan dipelajari dan lainnya. Ada satu yang menarik lagi. STAN itu lebih populer dari STIS. Tentu saja gengsinya akan lebih tinggi. Kalau ada yang bertanya “Kuliah dimana?  STAN.  Ooohhh.” Beda lagi kalau “Kuliah dimana? STIS. (yang nanya pasang muka bingung) Soanya kalah populer. Saya bukannya g cinta Almamater, tapi memang begitu keadaannya (ceritanya kan lagi ojektif, hehe).Di blog-blog lain ada yang bilang anak STAN gampang dapet cewek anak STIS. Karena saya bukan cewek ya maneketehe… Tapi cinta kan asalnya dari hati, bukan dari almamater yang dipakai. Ya ga ? Hahaha…ngomongin apaan sih gue. Lanjut…
Ketika bekerja, lulusan STAN biasanya dan seharusnya berada di “tempat basah”. Kalau ada yang nggak ngerti apa itu “tempat basah”, silahkan liat TV. Ups,, terlalu berlebihan ya, tapi begitulah adanya. Almamater itu dibawa sampai mati. Eits.. tunggu dulu, sebenernya sama aja. STIS juga ada jeleknya. Cuma g di ekspos aja walaupun sering tampil di TV sampe heboh2 juga loh.. Ada yang tau? ga ada kan.. g ada…haha…kalau g tau syukur deh.. :)
Begitulah negara kita. Di sana sini masih banyak goresan-goresan, sendi-sendi yang rapuh, dan kekurangan-kekurangan lainnya. Tugas KITA semua lah untuk memperbaikinya. Pesan saya,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


My Widget
M.MASUD HABIBURRAHMAN